Pengertian
Rantai Makanan
Pengertian Rantai Makanan
Tahukah Anda apa itu rantai makanan?
Sebelum membahas lebih jauh seputar rantai makanan, mari kita bahas sedikit
mengenai organisme. Organisme yang hidup di bumi ini akan selalu membutuhkan
organisme lain dan lingkungan hidupnya. Pola hubungan yang terjadi antara satu
oprganisme dengan lingkungannya sangat kompleks dan bersifat saling
mempengaruhi satu sama lain atau bersifat timbal balik. Hubungan timbal balik
yang terjadi antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk suatu sistem
ekologi yang disebut ekosistem.
Dalam ekosistem, terjadi sebuah pola
untuk melangsungkan sebuah kehidupan. Pola interaksi tersebut dinamakan rantai
makanan. Rantai makanan adalah berpindahnya energi makanan dari sumber daya
tumbuhan melalui organisme.
Rantai makanan terdiri atas dua
tipe.
- Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Contohnya, tumbuhan–herbivora–karnivora–omnivora.
- Rantai makanan sisa (detritus food chain). Detrivora adalah organism pemakan sisa.
Tipe
Rantai Makanan
Menurut para ilmuwan ekologi, ada
tiga tipe rantai makanan, yaitu rantai makanan pemangsa, rantai makanan
parasit, dan rantai makanan saprofit.
·
Rantai Makanan Pemangsa
Landasan utama dari rantai pemangsa
adalah tumbuhan hijau yang berfungsi sebagai produsen. Rantai pemangsa diawali
dari hewan yang memiliki sifat herbivora sebagai konsumen pertama. Kemudian,
diteruskan oleh hewan karnivora yang memangsa hewan herbivora sebagai konsumen
kedua. Setelah itu, rantai makanan berakhir pada hewan pemangsa karnivora
maupun hewan herbivora sebagai konsumen ketiga.
·
Rantai Makanan Parasit
Rantai parasit diawali dari
organisme besar sampai organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme
parasit, antara lain bakteri, cacing, dan benalu.
·
Rantai Makanan Saprofit
Rantai saprofit diawali dari
organisme mati ke jasad pengurai. Contohnya, jamur dan bakteri. Rantai-rantai
makanan yang telah disebutkan itu tidak berdiri sendiri, tetapi saling
berkaitan sehingga membentuk faring-faring makanan.
Rantai
Makanan dan Tingkat Trofik
Salah satu cara suatu organisme
untuk melakukan interaksi adalah dengan cara makan dan dimakan. Oleh karena
itu, terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu
bentuk ke bentuk lainnya sepanjang proses rantai makanan.
Organisme dalam kelompok ekologis
yang terlibat dalam proses rantai makanan digolongkan ke dalam tingkat-tingkat
trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh organisme pada rantai makanan yang
bernomor sama dalam tingkat memakan.
Energi bersumber dari dari matahari.
Tumbuhan yang menghasilkan gula melalui proses fotosintesis hanya menggunakan
energi matahari dan C02 dari udara. Oleh sebab itu, tumbuhan itu digolongkan ke
dalam tingkat trofik pertama. Hewan herbivora atau organisme yang memakan
tumbuhan tergolong anggota tingkat trofik kedua.
Sementara itu, hewan karnivora yang
secara langsung memangsa hewan herbivora tergolong ke tingkat trofik ketiga,
sedangkan hewan karnivora yang memakan hewan karnivora juga di tingkat trofik
tiga tergolong dalam anggota tingkat trofik keempat.
Rantai Makanan - Piramida Ekologi
Struktur trofik pada ekosistem dapat
ditampilkan dalam bentuk piramida ekologi. Ada tiga jenis piramida ekologi,
yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi.
·
Rantai Makanan - Piramida Jumlah
Organisme dengan tingkat trofik
masing–masing dapat ditampilkan dalam piramida jumlah. Seperti diketahui
bersama, organisme pada trofik pertama biasanya paling banyak, sedangkan
organisme pada trofik kedua, ketiga, dan seterusnya makin berkurang.
Pada kebanyakan komunitas
normal, jumlah tumbuhan selalu lebih melimpah daripada organisme herbivora.
Demikian juga, jumlah hewan herbivora selalu lebih banyak daripada hewan
karnivora tingkat pertama. Hewan karnivora tingkat pertama pun selalu lebih
banyak daripada hewan karnivora tingkat kedua. Piramida jumlah ini di dasarkan
atas jumlah organisme di tiap tingkat trofik.
·
Rantai Makanan - Piramida Biomassa
Pada piramida jumlah sederhana
sering kurang membantu dalam memperagakan aliran energi dalam ekosistem.
Penggambaran yang lebih nyata dapat dilihat dengan piramida biomassa. Biomassa
adalah ukuran berat materi hidup pada waktu tertentu. Untuk mengukur biomassa
pada setiap tingkat trofik, rata-rata berat organisme pada setiap tingkat harus
diukur. Kemudian, jumlah organisme pada setiap tingkat dapat diperkirakan.
Piramida biomassa berfungsi
menggambarkan paduan massa seluruh organisme di habitat tertentu, dan diukur
dalam gram. Untuk menghindari kerusakan habitat, biasanya hanya diambil sedikit
sampel dan diukur. Kemudian, total biomassa dihitung. Dengan metode pengukuran
seperti ini, akan diperoleh informasi yang lebih akurat mengenai apa yang
terjadi pada suatu ekosistem.
·
Rantai Makanan - Piramida Energi
Piramida biomassa tidak selalu
memberi informasi yang dibutuhkan mengenai ekosistem tertentu. Piramida energi
dibuat berdasarkan pada observasi yang dilaksanakan dalam waktu yang lama.
Piramida energi dapat memberikan gambaran lebih akurat mengenai aliran energi
dalam ekosistem.
Rantai Makanan di Hutan Mangrove
Konservasi hutan mangrove menjadi
area persawahan pada dan pemukiman penduduk saat ini banyak terjadi. Jika
ditinjau dari segi fungsi ekologisnya, fenomena tersebut pasti mengganggu
aliran energi dan rantai makanan yang berkelangsungan di hutan mangrove. Secara
garis besar, terdapat dua tipe rantai makanan di perairan, yaitu rantai makanan
langsung dan rantai makanan detritus.
Pada ekosistem mangrove, rantai
makanan yang ada untuk biota perairan yaitu rantai makanan detritus. Rantai
makanan detritus didapat dari guguran daun mengrove yang jatuh ke perairan,
lalu mengalami proses penguraian dan berubah menjadi partikel kecil disebabkan
oleh mikroorganisme, misalnya bakteri dan jamur.
Hutan mangrove adalah sumber makanan
untuk organisme air (produksi sekunder). Oleh sebab itu, kelestarian hutan
mangrove adalah kunci dalam melestarikan keseimbangan spesies yang termasuk
bagian dari ekosistem penting.
Rantai makanan pada ekosistem
mengrove menunjukkan bahwa hutan mangrove adalah penghasil detritus serta
membuatnya sebagai sumber makanan bagi organisme air. Fungsi yang penting ini
membuat ekosistem mangrove menjadi tempat nursey ground (tempat pemijahan),
feeding gorund (tempat mencari), dan shelter atau tempat perlindungan organisme
perairan, primata, satwa liar, serangga, ampibi, reptil, dan burung.
Rantai makanan detritus diawali dari
proses penghancuran luruhan dan ranting mangrove yang dilakukan oleh bakteri
serta fungi (detritivor) menghasilkan detritus. Hasil penghancuran bahan
organik (detritus) ini selanjutnya menjadi bahan makanan penting (nutrien)
untuk cacing, crustacea, moluska, dan hewan yang lain.
Selain itu, nutrien yang ada dalam
ekosistem mangrove bisa juga bersumber dari luar ekosistem, dari sungai, dan
dari laut. Fungi dan bakteri yang sudah dihancurkan tadi kemudian dimakan oleh
sebagian protozoa dan avertebrata. Selsanjutnya protozoa dan avertebrata
dimakan oleh karnivor sedang, lalu dimakan oleh karnovor tingkat tinggi.
Fenomena konservasi lahan hutan
mangrove menjadi area persawahan padi biasanya terjadi akibat produktivitas
hasil tangkapan ikan nelayan yang semakin berkurang dari hari ke hari.
Berkurangnya hasil tangkapan ini terjadi karena adanya penyempitan dan
pendangkalan akibat sampah dan lumpur terbawa aliran sungai yang bermuara di
pantai, contohnya di Pantai Segara Anakan, Desa Pamotan, Kabupaten Ciamis.
Kelestarian hutan mangrove menjadi
persoalan sangat penting untuk menjaga keseimbangan spesies yang termasuk
bagian dari ekosistem penting. Setelah diketahui aliran rantai makanan dan
aliran energi di persawahan padi, mungkin saja terjadi perubahan aliran energi
dan rantai makanan secara signifikan di lahan hutan mangrove yang
dialihfungsikan menjadi persawahan padi.
Keadaan ini berimbas pada populasi
ikan yang semakin menurun. Bahkan, punahnya populasi ikan yang biasanya
menjadikan hutan mangrove sebagai habitat akibat dari alih fungsi lahan.
Disamping itu, alih fungsi lahan ini juga menyebabkan terjadinya perubahan
produsen, yaitu tanaman padi yang menjadi produsennya. Itulah paparan singkat
mengenai rantai makanan di hutan mangrove.
Rantai Makanan dalam Suatu Ekosistem
Tak ada satu organisme pun yang
mampu bertahan hidup tanpa bantuan dari organisme lainnya. Ya, pada dasarnya,
dalam sebuah ekosistem, setiap organisme ini saling bergantung satu sama lain.
Ini terbukti dengan adanya rantai makanan makanan dalam suatu ekosistem, baik
itu di ekosistem darat maupun ekosistem laut.
Rantai makanan? Apa maksudnya? Tentu
maksud dari istilah ini bukanlah sebuah rantai yang bisa dimakan oleh suatu
organisme. Arti istilah ini lebih mengacu pada proses atau peristiwa memakan
dan dimakan yang terjadi di antara mahluk hidup dengan urutan tertentu yang
bermanfaat sebagai penyetabil suatu populasi mahluk hidup.
Urutan
Rantai Makanan
Dalam peristiwa rantai makanan ada
mahluk hidup yang berperan sebagai produsen dan konsumen. Produsesn adalah
mahluk hidup yang mampu membuat atau menghasilkan makanannya sendiri. Contoh
mahluk hidup yang berperan sebagai produses adalah tumbuhan hijau.
Semantara konsumen adalah sekelompok
mahluk hidup yang tidak mampu menghasilkan atau membuat mkananya sendiri.
Konsumen selalu bergantung pada mahluk hidup lainnya. Contoh mahluk hidup yang
memiliki peranan sebagai consume adalah manusia dan hewan.
Dalam rantai makanan kedudukan
konsumen tidak selamanya berperan sebagai mahluk hidup yang memakan mahluk
hidup lain. Karena dalam rantai makanan itu terdapat tingkatan-tingkatan
konsumen, seperti konsumen tingkat I, konsumen tingkat II, konsumen tingkat
III, dan seterusnya. Masih bingung? Berikut adalah sebuah gambaran tentang
rantai makanan.
Padi --> Tikus --> Ular -->
Elang
Dari urutan tersebut, pada merupakan
mahluk hidup yang berperan sebagai produsen. Sedangkan tikus, yang notabene
langsung memakan padi, digolongkan ke dalam konsumen tingkat I, ular adalah
konsumen tingkat II karena tidak langsung memakan padi, melainkan memakan
tikus, sementara itu, elang adalah konsumen tingkat III karena memakan ular.
Sewaktu-waktu elang bisa menjadi golongan konsumen tingkat II jika yang
langsung dimakannya adalah tikus, bukan ular.
Dari urutan tersebut, memang elang
berada di tingkatan konsumen paling atas, namun rantai makanan adalah sebuah
siklus, jadi semua tidak berhenti pada elang saja. Saat elang mati, tubuhnya
akan diuraikan oleh bakteri pengurai dan diubah menjadi mineral. Mineral ini
kemudian akan diserap oleh padi, dan urutan yang pertama pun akan kembali
terulang.
Macam-macam
Rantai Makanan
Berdasarkan pembagian yang dilakukan
oleh para pakar ekologi, saat ini kita mengenal 3 macam rantai makanan pokok,
yakni rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
·
Rantai Pemangsa: landasan utamanya
dimulai dari tumbuhan hijau yang berperan sebagai produsen, kemudian
dilanjutkan oleh hewan herbivora sebagai konsumen tingkat I, diteruskan oleh
hewan karnivora sebagai konsumen tingkat II, dan berakhir pada hewan pemangsa
konsumen I dan II, yang berperan sebagai konsumen tingkat III.
·
Rantai Parasit: prosesnya dimulai
dari organisme besar hingga organisme yang bertindak sebagai parasit, seperti
cacing, benalu, dan bakteri.
·
Rantai Saprofit: dimulai dari
organisme mati ke jasad yang diurai oleh bakteri pengurai.
0 komentar: